Minggu, 03 November 2019

BERBUAT BAIK


Berbuat baik pada hakekatnya merupakan kebutuhan manusia yang akan berdampak pada terwujudnya lingkungan yang baik pula. Kalau ada orang yang lebih memilih untuk selalu berbuat jahat dan kerusakan pada dasarnya juga akan merugikan dirinya sendiri. Keberadaan lingkungan alam akan selalu memberikan dampak merugikan kepada orang yang selalu berbuat jahat. Bencana alam, banjir, tanah longsor dan sebagainya pada dasarnya juga merupakan akibat perilaku manusia yang berbuat jahat terhadap lingkungannya. Berbuat baik tentu tidak hanya harus dilakukan oleh seseorang sendirian.
Berbuat baik juga harus dilakukan dengan mengajak orang lain untuk bersama-sama melakukannya. Allah SWT memerintahkan kepada kita semua agar saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan ketakwaan. “Dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam mengerjakan kebaikan dan takwa.” (Al-Qur’an, Surat Al-Maidah: 2). Manusia dalam jiwa dan hatinya yang terdalam sebenarnya selalu tergerak untuk berbuat baik.
Setidaknya untuk berbuat baik terhadap dirinya sendiri. Secara individual, berbuat baik terhadap diri sendiri kadangkala memang dapat berbenturan dengan kepentingan orang lain karena adanya pandangan yang subyektif terhadap makna berbuat baik itu sendiri. Dalam aspek yang lebih luas, salah satu perbuatan baik adalah selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Orang yang selalu berbuat baik dan selalu memberikan pertolongan kepada orang lain dijanjikan akan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa: “Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya selama hamba tersebut memberikan pertolongan kepada saudaranya.” Orang yang mengajak berbuat baik dijanjikan akan mendapatkan pahala seperti pahala orang lain yang mengerjakan perbuatan baik tersebut. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang mengajak kepada kebaikan atau petunjuk maka ia akan mandapatkan pahala seperti pahala orang lain yang mengikutinya, yang demikian itu tidak akan mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
Al-Ihsân, ialah lawan kata (antonim) dari al-isâ`ah (perbuatan jelek). Maknanya, melakukan perbuatan yang baik. Dalam terminologi syariat didefinisikan dengan “melaksanakan aturan syariat dengan sebaik-baiknya”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memaparkan hakikat ihsân dalam hadits Jibrîl Alaihissallam yang sudah popular, yaitu:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tak melihat-Nya, (yakinlah) bahwa Dia (Allah) menyaksikanmu”. [HR al-Bukhâri dan Muslim]
Pengertian sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, seperti diungkapkan oleh Syaikh ‘Abdul-Muhsin al-‘Abbâd –hafizhahullah- ialah seseorang menjalankan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seakan-akan ia berdiri tepat di hadapan-Nya. Penghayatan ini akan mendatangkan khasy-yah (rasa takut) dan inabah (ingin selalu kembali mendekat, bertaubat) kepada-Nya. Juga memotivasi agar ibadah itu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Radhiyallahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Perbuatan baik kepada manusia yang perintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah sangat banyak, antara lain sebagai berikut.
a. Berbuat baik kepada kedua orang tua.
b. Mengajarkan atau menyebarkan ilmu.
c. Menyambung silaturahmi.
d. Memberikan nasihat.
e. Mengajak untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.
f. Berbuat adil.
g. Mendamaikan pihak-pihak yang bermusuhan atau berseteru.
h. Membantu mereka yang membutuhkan bantuan.
i. Menjenguk orang sakit.
j. Mendahulukan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi.
k. Berdagang dengan jujur.
l. Berinfak dan bersedekah.
m. Bersikap dan bertutur yang kata lemah lembut serta santun.
n. Tidak menganggu dan menyakiti hati orang lain.
o. Tidak mengambil hak orang lain.
Itulah beberapa bentuk perbuatan baik kepada sesama yang diperintahkan oleh ajaran agama Islam. Sesungguhnya, berbuat baik pada sesama umat manusia bukan sekadar dibutuhkan untuk membangun kehidupan bersama yang harmonis dan saling mengasihi. Akan tetapi, perbuatan baik kepada sesama juga bernilai ibadah yang jika dilakukan akan berbalas pahala dan surga. Sebaliknya, jika perbuatan-perbuatan baik kepada sesama umat manusia ditinggalkan, pelakunya akan menuai dosa. Dosa karena telah lalai terhadap perintah Allah, yang berakibat pada timbulnya berbagai masalah dan kerusakan dalam kehidupan sosial.
Satu hal yang harus senantiasa kita ingat adalah dalam berbuat baik pada sesama umat manusia, kita tidak boleh pilih kasih. Kita harus berbuat kebaikan kepada siapa saja, tanpa membedakan latar belakang suku, agama, ras, atau status sosial. Hal lain yang tidak boleh kita lupakan ketika berbuat baik adalah kita harus tulus dan ikhlas. Melakukannya karena mengharapkan ridho Allah semata.
Ketika kita berbuat kebaikan pada sesama umat manusia, tetapi tidak ikhlas, misalnya mengharapkan imbalan atau ingin pujian, sejatinya kebaikan tersebut tidak akan ada nilainya di sisi Allah. Kebaikan tersebut justru dapat dikategorikan sebagai perbuatan riya atau perbuatan merugikan orang lain. Keduanya adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Dengan perintah yang sangat jelas untuk berbuat kebaikan pada sesama umat manusia, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukannya. Justru kita harus berlomba-lomba untuk berbuat baik. Sebab, sesungguhnya setiap perbuatan akan kembali kepada pelakunya. Kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain akan berbalas kebaikan pula.





3 komentar:

Syukron Ustadz atas materinya
Nama=Syaqila Azzahra Noer Izzani Radi(39)
Kelas=7.11

Syukron ustadz atas materi yang telah di berikan saya akan berusaha berbuat baik🙏
Nama :NUR RESQYTA PUTRI
kelas:7.11

berbuat baik dapat membuat lingkungan nyaman dan aman
Syukron atas materi nya ustadz
ayira hasniati anta
7.1

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More