Art Theraphy Counseling
Foto di ruangan, siswa bersama Guru BK setelah melaksanakan art theraphy conseling
Proses Pelaksanaan Konseling
Layanan konseling kelompok untuk pemecahan masalah; Guru Bk bersama siswa "Tudang sipulung"
Minggu, 26 November 2023
Rabu, 13 September 2023
Say No to Bully
PERILAKU BULLYING
Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Menurut Unicef, bullying bisa diidentifikasi lewat tiga karakteristik yaitu disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. Bullying bisa terjadi secara langsung atau online. Bullying online atau biasa disebut cyber bullying sering terjadi melalui media sosial, SMS/teks atau pesan instan, email, atau platform online tempat anak- anak berinteraksi.
Secara teoritis bullying merupakan suatu keadaan yang berupa perilaku negatif dan berulang, yaitusaat seseorang kesulitan untuk mempertahankan dirinya dari suatu kekuatan yang tidak seimbang,perlakuan tersebut dilakukan dengan sengaja dan intens. Seseorang menjadi pelaku bullying ketikamengarahkan perilaku negatif kepada seorang atau lebih secara berulang dan dalam waktu tertentu.Definisi tersebut mengandung tiga poin utama yaitu adanya perilaku negatif yang dilakukan dengansengaja, adanya pengulangan bullying terhadap korban, dan adanya ketidakseimbangan kekuatan (baiksecara fisik ataupun psikis) antara korban dan pelaku bullying.
Bentuk-Bentuk Bullying:
1. Pelecehan verbal
Bentuk Bullying pertama adalah pelecehan verbal. Bullying ini berupa tindakan menghina, mencela, mengancam, atau melecehkan secara verbal korban dengan kata-kata yang merendahkan dan menyakitkan.
2. Pelecehan fisik
Bentuk Bullying kedua adalah pelecehan fisik. Bullying ini melakukan tindakan kekerasan fisik seperti pukulan, tendangan, menjambak rambut, atau menganiaya secara fisik korban.
3. Pelecehan sosial
Bentuk Bullying ketiga adalah pelecehan sosial. Bullying ini berupa tindakan mengecualikan, mengisolasi, atau menyebarkan gosip dan fitnah tentang korban. Pelaku juga bisa memanfaatkan media sosial atau teknologi untuk menyebarkan pesan negatif tentang korban.
4. Pelecehan emosional
Bentuk bullying keempat adalah pelecehan emosional. Bullying ini menyebabkan stres, kecemasan, atau ketakutan pada korban melalui ancaman, intimidasi, atau penghinaan. Ini bisa mencakup mengancam untuk melukai korban atau mengancam keselamatan mereka.
Peran dalam Bullying
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4 (empat)yaitu :
1. Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau emosional melukai murid lain secara berulang-ulang. Remaja yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering memperlihatkan fungsi psikososial yang lebih buruk daripada korban bullying dan murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying. Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan simptom depresi yang lebih tinggi daripada murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying dan simptom depresi yang lebih rendah daripada victim atau korban. Pelaku bullying cenderung mendominasi orang lain dan memiliki kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain yang sama .
2. Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan melawan penyerangnya. Menurut Byrne dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi korban, korban bullying cenderung menarik diri, depresi, cemas dan takut akan situasi baru. Murid yang menjadi korban bullying dilaporkan lebih menyendiri dan kurang bahagia di sekolah serta memiliki teman dekat yang lebih sedikit daripada murid lain. Korban bullying juga dikarakteristikkan dengan perilaku hati-hati, sensitif, dan pendiam.
Faktor Penyebab Bullying
Factor-faktor penyebab terjadinya bullying :
1. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku cobacobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying;
2. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anakanak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah;
3. Faktor Kelompok Sebaya. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
4. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.
5. Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).
Dampak Bullying
Berikut Dampak Bullying:
1. Dampak Emosional dan Mental
Bullying dapat menyebabkan gangguan emosional dan mental pada korban. Mereka mungkin mengalami kecemasan, depresi, stres, dan kehilangan kepercayaan diri. Bullying juga dapat menyebabkan isolasi sosial, perasaan kesepian, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
2. Masalah Kesehatan Mental
Korban bullying memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan masalah kesehatan mental seperti gangguan kecemasan, gangguan suasana hati, dan gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia. Beberapa korban bahkan dapat mengalami pemikiran atau perilaku bunuh diri.
3. Gangguan Fisik
Bullying dapat menyebabkan cedera fisik pada korban, baik secara langsung melalui pelecehan fisik atau secara tidak langsung melalui stres kronis. Cedera fisik dapat berkisar dari lebam, memar, hingga luka yang lebih serius. Selain itu, stres yang berkepanjangan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit fisik.
4. Performa Akademik yang Menurun
Korban bullying seringkali mengalami kesulitan dalam fokus, belajar, dan berpartisipasi dalam lingkungan akademik. Hal ini dapat menyebabkan penurunan performa akademik, absensi yang tinggi, dan penurunan minat terhadap pendidikan.
5. Gangguan Hubungan dan Sosial
Bullying dapat merusak hubungan sosial korban. Mereka mungkin kesulitan mempercayai orang lain, mengembangkan persahabatan, atau berinteraksi secara sosial. Hal ini dapat berdampak jangka panjang terhadap kualitas hubungan dan interaksi sosial mereka di masa depan.
Cara Mencegah Bullying
1. Tunjukkan Prestasi
Orang yang melakukan bullying umumnya beraksi karena rasa iri maupun dengki. Sebagian besar korban bullying pasti memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang yang menindasnya. Yang harus dilakukan oleh para korban bullying adalah tak ragu menunjukkan prestasinya, entah itu di sekolah maupun lingkungan kerja. Lama kelamaan si pelaku bully akan mundur dengan sendirinya karena merasa korbannya tidak terkalahkan.
2. Jalin Pertemanan Dengan Banyak Orang
Pernahkah kamu memperhatikan bahwa korban bullying umumnya suka menyendiri dan jarang memiliki teman? Cara mencegah bullying adalah menjalin pertemanan dengan banyak orang. Pastikan bahwa circle pertemananmu ini sehat dan tidak suka melakukan bully. Ketika korban bullying memiliki banyak teman, maka pelaku bully akan berpikir dua kali untuk menindasnya.
3. Tumbuhkan Rasa Percaya Diri
Pelaku bully akan semakin bersemangat ketika mengetahui bahwa korbannya merasa minder dan semakin terpuruk. Untuk mencegah sekaligus memberikan efek jera pada pelaku bully, bangun rasa percaya diri agar tidak terlihat minder atau takut kepada si pelaku. Percayalah, pelaku bully akan malas menindas orang yang berani dan percaya diri.
4. Tidak Terpancing Untuk Melawan
Emosi terkadang memicu kita untuk bertindak ketika merasa ditindas. Akhirnya banyak korban bullying yang melakukan perlawanan. Boleh-boleh saja melakukan perlawanan, tapi kamu juga harus memikirkan bahwa pelaku akan semakin gencar menindasmu ketika kamu melawannya. Cara mencegah bullying bisa dimulai dengan tetap bersikap tenang dan sabar tanpa terpancing untuk melakukan perlawanan.
5. Jadikan Bully-An Sebagai Penyemangat Untuk Sukses
Sebagian koran bully akan merasa tidak berharga dan putus asa. Namun, untuk mencegah bullying yang menghancurkan dirimu sendiri, sikapi dengan positif semua perundungan tersebut. Jadikan bully-an sebagai sarana penyemangat agar kamu bisa meraih suksesmu. Ingat, balas dendam terbaik bukan membalas perbuatan jahat mereka, tetapi dengan membuktikan bahwa dirimu bisa menjadi sukses dan lebih baik dari mereka yang pernah mem-bully kamu.
6. Jangan Menunjukkan Sikap Takut Atau Sedih
Pelaku bully tentu akan merasa puas ketika berhasil membuat korbannya sedih, takut, dan semakin terpuruk. Cara mencegah bullying yang paling efektif adalah tidak menunjukkan sikap takut atau sedih di depan pelakunya. Jika kamu terus berkonsisten menunjukkan sikap seperti ini, maka pelaku bully lama kelamaan akan mundur karena takut.
7. Laporkan Pada Pihak Yang Berwenang
Perundungan adalah masalah yang cukup serius, apalagi jika pelakunya dibiarkan tanpa sanksi yang berarti. Apabila kamu atau orang-orang di sekitarmu menjadi korban perundungan, saatnya kamu menyuarakan isi hatimu dengan melaporkan tindak perundungan ini ke pihak yang berwenang. Biarkan masalah tersebut diselesaikan oleh pihak yang berwenang untuk menghentikan bullying.
Cara mencegah bullying ini dapat dilakukan untuk menghindari diri sendiri atau orang lain dari kasus perundungan. Jangan biarkan diri sendiri maupun orang terdekatmu menjadi depresi karena dijadikan korban bullying
Sumber :
Zakiyah, E. Z., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).
Stop Overthinking
STOP OVERTHINKING
Berfikir yang
Berlebihan di sebut
juga dengan overthinking adapun
susunan kata dapat
menjelaskan tentang overthinking
“over” yaitu “berlebihan”
“thingking” yaitu berfikir
sehingga di simpulkan
bahwa overthinking ialah berprilaku
berfikir yang berlebihan
sebagai suatu reaksi seseorang yang
lahir dari berbagai
keadaan. Overthinking berisi
tentang ingatan yang berhubungan
dengan masa lalu,
bayangan tentang kejadian silam yang pilu, kesalahan yang
telah di sesali dan di cemaskan tentang masa depan atau
hal yang belum
terjadi. Overthinking ialah
salah satu bentuk psychological disorder atau gangguan
psikologis karena saat
seseorang mengalami
overthingking maka gejala
yang terjadi juga
erat kaitannya dengan dunia
psikologi, seperti cemas,
menakutkan, terlalu banyak pertimbangan sehingga merasa diri
bimbang memiliki banyak pikiran negatif yang
muncul hingga mencoba
menjustifikasi sesuatu sehingga
membuat orang mengalami hal
tersebut semakin bingung,terpuruk, depresi
hingga menutup diri.
Overthinking
dalam perspektif Islam
itu sendiri, adalah perilaku overthinking sebagai reaksi
seseorang yang lahir dari keadaan yang berbeda. Terlalu banyak
memikirkan diri sendiri
berbicara tentang kenangan
masa lalu atau bayangan
masa lalu dan
peristiwa menyedihkan, kesalahan
yang disesali, dan kekhawatiran
tentang masa depan.
atau hal-hal yang
mungkin tidak terjadi. Di
dalam islam sendiri
overthinking berkaitan dengan
rasa cemas, takut, pesimis,
hingga yang paling
mendekati berburuk sangka, karena pada
saat overthinking muncul,
maka prasangka, dan
praduga, kekhawatiran hingga bayangan yang muncul ialah
kemungkinan-kemungkinan buruk terhadap
sesuatu yang membuat
seseorang cemas dan takut.
Maka sebab itu
overthinking merupakan hal
yang sebenarnya tidak baik dan tidak di anjurkan dalam
islam.Dalam perspektif Islam Overthingking bentuk khusus
dari perasaan takut. Ketakutan
yang muncul akan
berkembang lebih besar
jika di barengi dengan perasaan
kewaspadaan, cemas, adanya
khayalan tertentu serta emosi. Overthingking bisa disebabkan
karena adanya bisikan
syaitan yang menjadikan manusia
merasa buruk, selain
itu hal ini
juga bisa disebabkan karena belum
sepenuhnya manusia untuk
memiliki keterampilan tawakkal dan bergantung hanya kepada Allah.
Manusia di larang
oleh Allah SWT
untuk berprasangka kerena
sebagian dari prasangka
adalah dosa dalam
Quran surah Alhujurat 12 :
يٰٓيٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya:
“ Hai orang-orang beriman,
jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan, karena
sebagian dari prasangka
itu dosa. Dan
janganlah menggunjingkan satu
sama lain. Adakah
seorang diantara kamu
yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi maha penyayang” .
Dalam islam ada konsep Su’udzan yang bermakna
berburuk sangka baik terhadap dirinya
sendiri, orang lain
dan Allah. Sikap
tersebut muncul karena sering
terburu menilai dan
memikirkan suatu kejadian
yang belum tentu jelas
dan disebut juga
kurang tegas dan
bijaksana dalam menyikapi suatu kejadian
prasangka buruk yang
terus berulang dapat
menyebabkan ketidak bersyukuran terhadap
dirinya sendiri ataupun
lingkungannya prilaku yang
muncul juga akan
semakin jauh dari
akhlak islam yang diajarkan, seperti
tidak bangkit dan
besegera dalam kebaikan
hanya karena keraguan atau
ketergantuganya kepada selain Allah dan selalu berprasangka. Prasangka ialah
dosa, karena sesungguhnya prasangka
merupakan perkara yang wajib di jauhi karena prasangka merupakan perkara
yang wajib di jauhi karena
prasangka merupakan perkara
yang tidak jelas, agar seseorang tidak
mudah berprasangka, kecuali
sudah mengetahui dengan jelas dan
membedakan yang benar
dan tidak dengan
jelas, bertakwa dan berhati-hati.
Penyebab Overthingking :
Penyebab overthinking pada setiap orang
dapat berbeda. Hal ini dikarenakan faktor-faktor yang mendasari setiap
pemikiran seseorang bisa berbeda-beda. Kendati demikian, terdapat beberapa
faktor yang dapat menjadi pemicu overthinking, yaitu:
1.
Ketakutan
akan Keputusan yang Salah
Rasa
takut membuat keputusan yang salah atau mengecewakan orang lain dapat mendorong
seseorang untuk terus menganalisis dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan.
Kecemasan akan terjadinya konsekuensi yang tidak diinginkan atau rasa takut
akan kegagalan sering kali menjadi pemicu overthinking.
2.
Pengalaman
Traumatis atau Kekhawatiran Masa Lalu
Pengalaman
traumatis dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk
mengalami overthinking. Seseorang dapat terus-menerus berpikir negatif,
mengantisipasi kemungkinan buruk, dan khawatir akan pengulangan kejadian di
masa lalu.
3.
Gangguan
Kecemasan
Beberapa
gangguan kecemasan, seperti general anxiety disorder, social anxiety
disorders, atau gangguan obsesif-kompulsif dapat
menyebabkan overthinking yang berlebihan. Gangguan kecemasan ini
memengaruhi pola pikir dan menyebabkan pemikiran yang berlebihan, gelisah, dan
kecemasan yang tak terkendali.
Cara Mengatasi Overthingking :
1. Menghentikan
pikiran-pikiran yang mengarah pada kesempurnaan. Karena kesempurnaan akan
melemahkan pemikiran cerdas dan realistis dan menghambat kemajuan seseorang.
2. Mengubah
pandangan tentang rasa takut hanya karena pernah mengalami kegagalan di masa
lalu atau takut mencoba hal baru yang hanya akan membuat dirinya merasa kecil.
3. Membangun
pemahaman bahwa setiap peluang adalah awal untuk memulai sesuatu yang baru.
4. Memunculkan
kesadaran bahwa masa depan tidak dapat diprediksi oleh siapapun.
5. Memikirkan
masa saat sekarang merupakan tindakan yang bijaksana.
6. Membangun
konsep pemikiran bahwa kita telah melakukan yang terbaik
Sumber :
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/mengenal-overthinking
Jovita SD & Yeni
Karneli. 2020. Analisis Permasalahan Ruminasi dan Implikasinya Terhadap Layanan
Bimbingan dan Konseling. TERAPUTIK Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol.
4 (2) : 339-344
Utami, T. S., Andy, S.,
& Datmi, M. A. R. (2023). Dampak Overthinking dan Pencegahannya Menurut
Muhammad Quraish Shihab Studi Surah Al-Hujurat Ayat 12. Al-Wasathiyah:
Journal of Islamic Studies, 2(1), 14-27











